Pembangunan Kampung Nenas terkesan mubajir, dan tidak bermanfaat. |
Metro7news.com| Tarutung - Tapanuli Utara merupakan kabupaten yang terletak pada koordinat/Topografi 1°20.00"-2°41'00" Lintang Utara, dan 98°05-99°16' Bujur Timur dengan luas wilayah lebih kurang 3.800,31 KM², dengan distribusi luas daratan sebesar 3,793,71 KM² dan perairan Danau Toba seluas 6.60 KM².
Kabupaten Taput dilakukan pemekaran menjadi 6 kabupaten, meliputi, Dairi, Pakpak Bharat, Samosir, Toba dan Humbang Hasundutan. Oleh sebab itu Kabupaten Taput bisa disebut kabupaten tertua di wilayah Danau Toba.
MCK terkesan jorok dan tidak terpelihara. |
Kabupaten yang dulunya satu wilayah, kini berlomba-lomba dalam pembangunan semua aspek, seperti kabupaten tetangga yaitu Kabupaten Humbang Hasundutan kini telah berubah pesat, hal itu terlihat dari beberapa pembangunan yang ada dan tentunya dengan visi misi Bupati yang jelas dan tercapai.
Pemkab Taput, yang notabene mempunyai gelar sebagai kota wisata rohani berupaya untuk meningkatkan segala aspek antara lain, peningkatan SDM dan wisata. Adapun beberapa tempat wisata yang dibangun dan dikembangkan adalah Objek Wisata Salib Kasih di Siatas Barita.
Dan Munson Lyman di Kecamatan Adiankoting, Huta Ginjang di Kecamatan Muara dan yang terakhir dibangun adalah Wisata Kampung Nenas di Kecamatan Sipahutar.
Yang menjadi paling hangat dalam sorotan masyarakat saat ini adalah Wisata Kampung Nenas yang ada di Kecamatan Sipahutar. Beberapa wartawan dan masyarakat sudah banyak mempertanyakan pembangunan Kampung Nenas tersebut. Karena faktanya sampai saat ini Kampung Nenas tidak berfungsi sama sekali dan terkesan ada pembiaran dan terlihat terbengkalai.
Pada Kamis (05/10/23) Tim Dewan Pimpinan Cabang Serikat Pers Republik Indonesia (DPC SPRI) Kabupaten Tapanuli Utara melakukan investigasi langsung ke Kampung Nenas, sungguh miris melihat kondisi bangunan yang terlihat kotor, tidak terawat dan terkesan ada pembiaran.
Hasil investigasi tersebut, sangat heran, dengan uang anggaran pembangunan yang sangat besar berkisar 1,5 milyar rupiah, yang bersumber dari DAK Tahun 2021 sungguh tidak etis uang sebesar itu menjadi sia-sia. Dan tim investigasi menduga ada tindakan yang kurang tepat dalam perencanaan Kampung Nenas tersebut.
Ketua DPC SPRI Kabupaten Tapanuli Utara, Lamhot Silaban, ST sangat menyayangkan Kampung Nenas yang terbengkalai tanpa ditangani dengan baik dan difungsikan sesuai rencana awal.
"Kita miris melihat bangunan ini, sama sekali tidak berfungsi, dimana Pemkab, apakah dinas terkait tidak ada perencanaan yang matang," ujar Lamhot.
Karena dua tahun lalu, kata Lamhot rancangan Wisata Nenas itu bagaimana. Dalam hal ini, Ketua DPC SPRI Kabupaten Tapanuli Utara meminta Kejari Taput untuk melakukan pemeriksaan program dan RAB pembangunan Kampung Nenas., pasti ada yang salah disini.
"Dalam waktu dekat ini, DPC SPRI akan berkoordinasi dengan Kejari Taput untuk memeriksa program dan RAB pembangunan Kampung Nenas," unngkap Lamhot.
Pernyataan Lamhot tersebut bukan tidak beralasan, karena memang pada kenyataannya Kampung Nenas tidak berfungsi sama sekali dan patut di usut karena tidak ada perencanaan yang matang.
Seharusnya papar Lamhot, jika ingin membangun harus ada rencana yang matang, terutama minat pasar wajib dikaji, yang kedua adalah bagaimana pengembangannya, siapa yang memakai dan lain-lain.
"Ini kan jadi terkesan buang-buang anggaran kepada yang tidak penting, karena masih banyak hal yang lebih prioritas menurut saya," ucapnya.
Ditempat yang sama, KS warga setempat juga tidak memahami apa fungsi Kampung Nenas ini, dianya bingung ini untuk apa. Semenjak dibangun menurut yang dilihat tidak ada fungsinya.
"Terutama untuk kami masyarakat setempat. Juga ini tidak mendatangkan apa-apa buat kami, apalagi mendatangkan keuntungan gak ada sama sekaki," ungkap KS kepada media ini.
Melihat kondisi Kampung Nenas yang semrawut dan terbengkalai tersebut, awak media ini melakukan konfirmasi kepada Kadis Pariwisata Taput, Sasma Situmorang melalui WhatsApp. Sayangnya tidak ada jawaban.
(B Simanjuntak)