Oleh
Alfiannur Syafitri
Perjuangan rakyat Indonesia menghadapi kolonialisme menginspirasi banyak rakyat terjajah di belahan dunia, dan jadi simbol perjuangan bangsa terjajah diberbagai belahan dunia. Baik bangsa di Asia, Afrika bahkan di Eropa, seperti IRA di Irlandia.
Segala macam kekurangan, baik peralatan dan teknologi yang dijajah dari bangsa yang menjajah. Dapat dikalahkan oleh kekuatan tekad untuk Merdeka. Dan hidup berdampingan sebagai sesama manusia yang berhak memperoleh hidup yang layak.
Semangat untuk Merdeka tadi diwujudkan dengan mengorbankan segala daya upaya yang dimiliki, dari harta benda, bahkan nyawa.
Semangat Merdeka itu sangat menghantui negara Penjajah, hingga ketakutan dan kebencian itu diluapkan dalam bentuk ungkapan momok luar biasa.
Kakek dan Nenek kita disebut Ekstrimis oleh Kolonialisme Belanda, karena gerakan mereka menentang penjajahan. Hal yang sama saat ini dilontarkan oleh Zionisme Israel kepada Bangsa Palestina yang ingin merdeka. Sebutannya TERORIS.
Palestina awalnya dihuni oleh warga negara Arab dengan agama Islam, Kristen dan Yahudi.
Ratusan tahun mereka hidup berdampingan di Kota Suci Yerussalem dalam damai tanpa permusuhan. Hingga kemudian datang Gerakan Zionisme Israel yang ingin menjadikan Palestina sebagai satu-satu tempat berkumpulnya Umat Yahudi dari berbagai pelosok penjuru dunia.
Perlawanan terhadap Zionis kemudian membara, baik dari Umat Islam, Kristen serta Yahudi asli warga Palestina terhadap Pemerintahan Zionis. Hanya saja, karena Umat Islam yang paling banyak tanahnya dirampas Zionis, dan otomatis terjadi perlawanan yang lebih besar. Belakangan semangat Agama Islam seolah menjadi propaganda dominasi bagi kemerdekaan Rakyat Palestina.
Lantas apa perbedaan antara Umat Yahudi warga lama Palestina dengan Umat Yahudi eks pengungsi yang dulunya dari Eropa dikejar-kejar oleh SS NAZI Hitler.
Para Umat Yahudi pendatang dan eks pengungsi yang diburu Hitler ini, memandang Umat Kristen sebagai penganut Pagan Penyembah Berhala.
Yahudi pendatang inilah yang sering mencaci dan menghujat (maaf bahkan sampai meludahi Umat Kristen) yang datang dari berbagai negara untuk beribadah di Yerussalem.
Dalam perspektif kita sebagai Bangsa Indonesia (mantan orang yang dijajah) rasanya agak membingungkan juga sikap mereka, yang mengaku sebagai Rakyat dan Bangsa Indonesia namun mendukung penjajahan oleh Zionisme. Apapun agamanya.
Mereka yang mendukung Penjajahan oleh Zionis itu, Apapun agamanya. Mungkin saja terlupa, bila dahulu bangsanya, Bangsa Indonesia juga pernah dijajah. Dianggap seperti hewan (Anjing), sampai ada peringatan ditempat-tempat umum milik kolonial 'Verboden voor honden en inlander' (Anjing dan pribumi dilarang masuk).
Kini jika masih ada rakyat warga negara Indonesia (lagi-lagi apapun suku dan agamanya), kita mungkin saja menduga mereka adalah sisa-sisa pendukung kolonialisme. Kaki tangan penjajah, seperti keturunan KNIL, NICA, Marsose atau Poh An Tui.
Dan rasa-rasanya mereka yang mendukung dan pro gerakan Zionisme itu, tidak layak untuk mengaku dan menyebut dirinya adalah Rakyat, Warganegara dan Bangsa Indonesia.
Sebab, sebagai Rakyat , Warganegara dan Bangsa Indonesia, pasti akan selalu mengingat. Ketika para pejuang kita masih dalam revolusi menuju Indonesia Merdeka. Rakyat Palestina adalah pendukung utama Indonesia Merdeka. (alf26112023)
Penulis adalah jurnalis di Medan. Kompetensi Utama dari PWI Sumut, dan eks Trainer ICIP dan LSPP Jakarta