50 Persen Lahan Replanting Sawit Masyarakat Singkil Mati Akibat Dilanda Banjir Yang Berkepanjangan

50 Persen Lahan Replanting Sawit Masyarakat Singkil Mati Akibat Dilanda Banjir Yang Berkepanjangan

Selasa, 26 Desember 2023

50 Persen lahan replanting sawit masyarakat Singkil mati akibat dilanda banjir yang berkepanjangan. (doc-ist)

Metro7news.com|Aceh Singkil - Banjir yang melanda Aceh Singkil tidak sedikit berdampak kerugian materil. Disamping terhambatnya aktivitas pekerjaan, ternak dan lahan replanting sawit masyarakat pun hampir ratusan hektare mati.


Pantauan Metro7news.com, Selasa (26/12/23), banjir yang telah menerjang sejumlah kecamatan di Aceh Singkil kini mulai berangsur surut. Dan sebahagian wilayah permukiman bantaran sungai masih tetap terendam banjir.



"Secara umum banjir yang melanda Aceh Singkil, meski ada pasang surut selama dua bulan lebih, tapi bagi kami yang tinggal di bantaran sungai atau daerah aliran sungai sudah empat bulan lamanya," kata Rabidin Limbong, Kepala Kampung Takal Pasir Kecamatan Singkil kepada Metro7news. com.


Dikatakannya, banjir 7 kali berturut-turut sejak September hingga Desember 2023 telah merendam ratusan hingga seribuan rumah penduduk, yang menghanyutkan sebagian ternak unggas dan mamalia, hingga merusak seratusan hektare lahan pertanian tanaman muda dan lahan program peremajaan sawit rakyat (PSR/Replanting).


Dampak lain, sebutnya, mata pencaharian masyarakat, semakin minim seperti aktivitas buruh dan karyawan. 


"Benar-benar menguji kesabaran, namun tetap berfikir positif bahwa semua kejadian ada hikmah dan ada kekuasaan tuhan yang mengaturnya," tuturnya yang baru 15 hari di lantik itu.


Begitu pun, bantuan pemerintah seperti Sembako sudah bergulir ke setiap kecamatan hingga pelosok perkampungan. Sehingga meringankan beban korban dampak banjir.


"Yang sangat fatal sekali mengalami  kerugian, yakni program peremajaan sawit setengahnya mati dilanda banjir," ujarnya.


Menurutnya, program replanting dalam 4 tahun berjalan dalam dua kelompok. Diperkirakan PSR di kawasan, khususnya Kampung Takal Pasir sebanyak 193 hektare dalam dua kelompok, jadi setengahnya sebanyak 96 hektare lebih mati dilanda banjir.


Untuk mengatasi itu semua, dirinya hanya meminta kepada masyarakatnya yang petani sawit, untuk tetap bersabar, dan tidak putus asa. 


"Harapan saya, semoga pemerintah dapat juga membantu para peternak dan petani yang mengalami kerugian," ucapnya.


Kepala Kampung Takal Pasi baru setengah bulan dilantik, sampai kini belum bisa masuk kantor karena masih digenangi banjir. 


Dia berkata usai banjir surut akan melakukan normalisasi parit, gorong-gorong agar limpahan air lekas surut.


"Upaya normalisasi ini juga akan bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup," tandasnya.


Sementara Kepala Kampung Pea Bumbung, Sarbaini menyatakan hal yang sama, kawasan desanya yang berada di bantaran sungai sudah empat bulan terakhir ini dilanda banjir.


Menurutnya, pemerintah sudah bisa mendatangkan kapal keruk, karena kedalaman sungai alami, kedangkalannya diperkirakan sekitar tiga meter. 


"Setahu saya sejak saya kecil dulu kedalaman sungai 10 meter hingga 20 meter dari permukaan air," jelas Kepala Kampung Pea Bumbung.


Sehingga saat ini, bukan hanya banjir kiriman, seperti jika hujan semalaman, sungai meluap dan langsung banjir. Kemungkinan satu dekade mendatang banjir semakin kompleks jika tidak segera ada tindakan oleh pemerintah daerah untuk melakukan pengerukan nyata.


Apalagi, tambahnya, saat ini musim penghujan tak bisa lagi diprediksi, akibat dangkalnya sungai.


Menurut Kepala Kampung Takal Pasir lagi, sekitar seratusan hektar lahan replanting sawit masyarakat Desa Takal Pasir mati total akibat dilanda banjir dalam kurun waktu empat bulan ini.


(jhonwer manik)