Aksi damai guru peserta seleksi PPPK Madina 2023, Jum'at (12/01/24). |
Metro7news.com|Madina - Perjuangan Guru-guru tenaga honorer dalam menolak nilai hasil Seleksi Kompetensi Teknis Tambahan (SKTT) yang di selenggarakan Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal (Madina) dalam penerimaan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) untuk Jabatan Fungsional (JF) Guru, terus berlanjut.
Mereka menggelar aksi damai di depan Rumah Dinas Bupati Mandailing Natal, Jum'at (12/01/24).
Peserta aksi damai ini tetap menuntut pembatalan nilai SKTT yang sangat kuat dugaan penuh dengan kecurangan, dan melakukan perangkingan dengan menggunakan nilai Computer Assisted Test (CAT) dari Badan Kepegawaian Negara (BKN).
Selain itu, peserta aksi damai juga menuntut pembatalan kelulusan peserta seleksi yang sangat kuat dugaan merupakan Guru Siluman yang tidak pernah masuk mengajar ke sekolah.
Masih dalam orasi tersebut, peserta aksi damai Guru peserta seleksi PPPK Madina Tahun 2023, diungkapkan untuk meluluskan PPPK Madina diduga kuat Dinas Pendidikan Madina menerima uang sebesar Rp 50 juta sebagai imbalan untuk meluluskan Guru Siluman.
"Kami bukan orang kaya yang mampu membayar Rp 50 Juta untuk lulus PPPK, kami telah mengabdi belasan tahun" ungkap para Guru peserta aksi damai.
Dalam aksi itu, juga diungkapkan bahwa selama ini gaji yang diperoleh sebagai Guru honorer dari Pemerintah Daerah Kabupaten Mandailing Natal dibawah standar Upah Minimum Regional (UMR).
"Selama kami menjadi Guru honorer, gaji yang kami terima dibawah UMR," Sebut orator aksi damai.
Tidak hanya cukup dizolimi dalam penilaian SKTT, Guru-guru peserta aksi damai juga mengaku sudah banyak yang menerima intimidasi dari koordinator wilayah (Korwil), kepala sekolah yang mana mengancam, bahwa peserta aksi tidak akan diperpanjang SK nya pada Tahun Anggaran 2024 ini.
Salah seorang Guru peserta seleksi mengakui bahwa orang tuanya telah mendapat ancaman bahwa SK nya tidak diperpanjang bahkan diancam akan dijemput tengah malam ke rumah.
"Orang tua saya mendapat ancaman bahwa SK tidak diperpanjang bahkan sampai diancam akan dijemput tengah malam ke rumah saya," ungkap guru wanita yang merasa terancam keselamatannya.
(MSU)