Pesan Sekretaris Ikatan Pelajar Al Washliyah Sumut di Hari Pendidikan Nasional, Hardiknas Jangan Hanya Formalitas Tanpa Kualitas


 

Pesan Sekretaris Ikatan Pelajar Al Washliyah Sumut di Hari Pendidikan Nasional, Hardiknas Jangan Hanya Formalitas Tanpa Kualitas

Kamis, 02 Mei 2024

Irham Tajhi, Sekretaris Ikatan Pelajar Al Washliyah.

Metro7news.com|Medan - Hardiknas yang selalu diperingati setiap tanggal 2 Mei tidak terlepas dari sejarah panjang Bangsa Indonesia. 


Tanggal 2 Mei yang dijadikan Hari Pendidikan Nasional merupakan hari kelahiran Ki Hajar Dewantara. 


Pemilihan tanggal 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional sebagai tanda jasa atas perjuangan Ki Hajar Dewantara.


Namun sayangnya, seiring berjalannya waktu sebagian besar masyarakat kurang memahami tentang sejarah Hardiknas atau makna Hari Pendidikan Nasional itu sendiri. 


Bang Irham Tajhi menegaskan kepada media ini, "Hari Pendidikan Nasional ditetapkan jatuh pada tanggal 2 Mei. Tanggal tersebut, dimana merupakan tanggal lahir dari Ki Hadjar Dewantara.


"Tokoh Pendidikan Indonesia yang berjuang agar pendidikan rakyat menjadi prioritas meskipun waktu itu negeri ini terjajah oleh Belanda," tegasnya.


Oleh karena itu, kami dari Ikatan Pelajar Al Washliyah (IPA) Sumut mendorong kepada generasi muda untuk belajar setinggi tingginya.


"Kepada masyarakat untuk terus memberikan pendidikan terbaik kepada anaknya agar kelak Indonesia Emas 2045 tercapai," ujar Bang Irham ketika wawancara, Kamis (02/05/24).


IPA Sumut memberikan contoh, salah seorang Tokoh Pendidikan Ki Hadjar Dewantara lahir dari keluarga kaya Indonesia pada era kolonialisme Belanda.


Tapi tetap menginginkan agar semua kelas ekonomi masyarakat pribumi Hindia Belanda waktu itu harus setara mendapatkan pendidikan.


Ki Hajar Dewantara dikenal karena berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada masa itu, yang hanya memperbolehkan anak-anak kelahiran Belanda atau orang kaya yang bisa mengenyam bangku pendidikan. 


Hari Nasional ini ditetapkan melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959.


Kritiknya terhadap kebijakan pemerintah kolonial menyebabkan ia diasingkan ke Belanda, dan ia kemudian mendirikan sebuah lembaga pendidikan bernama Taman Siswa setelah kembali ke Indonesia. Ki Hadjar Dewantara diangkat sebagai Menteri Pendidikan setelah kemerdekaan Indonesia.


Filosofinya, Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan), digunakan sebagai semboyan dalam dunia pendidikan Indonesia.


"Khusus untuk di Indonesia ini pendidikan harus lebih baik lagi pendidikan yang kita dapat kan, dan jangan hanya formalitas tanpa kualitas," pesan Bang Irham Tajhi akhiri wawancara.


(Eka Wardani)